[Translation into Bahasa below.]
I, as Chairman of the United Liberation Movement for West Papua, call on all my people, from Sorong to Samarai, to reject celebrations of Indonesia’s independence day.
For us West Papuans, this is not a time of celebration. This is a time of mourning. For the whole month, we are in mourning for the over 100 Papuans who have died as a result of Indonesian military operations in Nduga this year. We are in mourning for those starving in the bush and the mothers who have died in child-birth, unable to return to their homes for fear of the colonial bombs and bullets of Indonesia. We have been in mourning for nearly 60 years for our freedom and independence, stripped from us by Indonesian in 1969.
Instead of participating in the celebrations of our coloniser, I call on my people to intensify the struggle for a peaceful referendum, and to organise in support of the Pacific Islands Forum leaders who are meeting next week in Tuvalu. All Melanesian and Pacific leaders must stand up and demand Indonesia allow the UN High Commissioner for Human Rights into West Papua.
Do not raise the Indonesian flag, the symbol of our oppression, the symbol of 500,000 men, women and children killed over nearly 60 years. Do not allow the coloniser to co-opt us into his false celebrations of unity and liberation. For West Papuans, our independence been taken from us. When the Indonesian flag is lowered, and the Morning Star flies in its place, we can celebrate our own independence day.
Benny Wenda
Chairman
United Liberation Movement for West Papua
Sebagai Ketua Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat, saya meminta seluruh rakyat Papua Barat, dari Sorong sampai Samarai, untuk menolak perayaan hari kemerdekaan Indonesia
Bagi kita rakyat Papua Barat, ini bukanlah masa berpesta. Ini adalah masa berkabung. Sebulan penuh, kita berduka untuk lebih dari 100 rakyat Papua yang kehilangan nyawanya akibat operasi militer di Nduga tahun ini. Kita berduka untuk mereka yang kelaparan di pedalaman, dan untuk para ibu yang mati saat melahirkan, yang tidak dapat pulang kembali ke rumah mereka karena takut akan bom dan peluru si penjajah Indonesia. Kita sudah berduka selama hampir 60 tahun karena kebebasan dan kemerdekaan kita dirampok oleh Indonesia di tahun 1969.
Daripada mengikuti pesta dan perayaan penjajah kita, saya meminta seluruh rakyat Papua Barat untuk meningkatkan perjuangan untuk referendum yang damai, dan untuk menggalang dukungan kepada pimpinan Pacific Islands Forum yang akan bertemu minggu depan di Tuvalu. Semua pemimpin di kawasan Melanesia dan Pasifik harus bersatu dan menuntut kepada Indonesia untuk memperbolehkan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia masuk ke dalam Papua Barat.
Jangan mengibarkan bendera Indonesia, simbol penjajahan kita, simbol 500,000 pria, wanita dan anak-anak yang sudah dibunuh selama hampir 60 tahun. Jangan biarkan sang penjajah memakai kita dalam perayaan kemerdekaan palsunya. Kemerdekaan kita, rakyat Papua Barat, sudah dirampok dari kita. Saat bendera Indonesia diturunkan, dan Bintang Kejora dikibarkan, barulah kita bisa merayakan hari kemerdekaan kita.
Benny Wenda
Chairman
United Liberation Movement for West Papua